AL-QUR’AN MEKAH

Didin Faqihuddin
Alumnus Ma’had Islam Darul Amal, Bekasi Jawa Barat
Staf Pengajar STAIN Datokarama Palu

Ada dua al-Quran: al-Quran Mekah dan al-Quran Madinah. Tidak ada perbedaan mendasar antara keduanya, kecuali bahwa al-Quran Madinah lebih kaya dan lebih banyak isinya. Sebabnya adalah karena fase keduanya memang berbeda.
Fase Mekah adalah fase pembentukan keyakinan (akidah) di suatu wilayah yang sangat keras yang pada awalnya menentang akidah Islam. Orang Mekah menentang akidah Islam bukan karena ingin mempertahankan dan memenangkan akidah syirik (politeisme). Tetapi mereka menentang akidah islam karena menolak ajaran Islam yang menghilangkan kesenangan-kesenangan mereka. Patung-patung berhala bagi orang-orang Quraisy bukan sesuatu yang suci dan harus dipertahankan mati-matian. Pataung-patung tersebut adalah smber ekonomi kekayaan mereka. Menyerang berhala tidak lain berarti mencegah orang-orang akan kembali melakukan ibadah haji yang bernilai ekonomis. Mekah selain sebagai pusat tuhan-tuhan dan berhala-berhala suku-suku Arabia, adalah juga sebagai pusat perdagangan bagi seluruh bangsa Arab. Mekah juga pada saat yang sama adalah tempat transit penting bagi jalur perdagangan internasional utara, selatan, timur dan barat.
Mereka menyerang Islam karena takut Islam akan menghancurkan sumber ekonomi mereka. Alquran mengisyaratkan hal ini :
Artinya: Dan mereka berkata: “Jika Kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya Kami akan diusir dari negeri kami”. dan Apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan) untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui”. (QS. al-Qashash : 57)
Ayat ini secara jelas menegaskan bahwa mereka meyakini Islam sebagai agama yang benar (haq). Kata hudan (petunjuk) dalam ayat itu jelas merupakan pengakuan akan kebenaran Islam. Namun kepentingan ekonomi lebih penting bagi mereka. Kata nutakhattaf (kami diusir) berarti bahwa : “orang Arab akan mengusir kami dari Mekah dengan segala kemudahan ekonomi di dalamnya sehingga kami akan kehilangan sumber rejeki kami”.
Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh ucapan Abu Jahal ketika ditanya oleh seseorang apakah Muhammad pernah berbohong. Abu Jahal menjawab: “Bagaiamana dia berbohong sementara kami menggelarinya al-Amin (yang sangat terpercaya), karena tidak sekalipun dia pernah berbohong. Namu jika bani Abdi Manaf (keluarga Nabi Muhammad) yang memegang seluruh kebijakan Mekah, lalu mereka mendapatkan nubuwah, lalu apa yang tersisa untuk kami?”
Al-Quran Mekah datang untuk mengubah kondisi dan situasi ini. Islam datang untk menempatkan akidahnya menggantikan keyakinan ekonomi. Menempatkan hukum syariah menggantikan fanatisme kesukuan. Serta menempatkan ibadah satu Tuhan untuk menggantikan politeisme.
Orang-orang Mekah adalah kelompok masyarakat yang mengingkari sesuatu yang gaib; mengingkari hari kebangkitan dan pembalasan. Mereka adalah penganut eksistensialisme-hedonistik-materialistik. Banyak kebiasaan buruk dalam kehidupan mereka seperti mencuri, berperang, membunuh anak perempuan, dlsb. Namun demikian banyak juga sifat-sifat baik yang mereka miliki seperti keberanian, kemurahan, dlsb.
Pada masyarakat seperti inilah tema-tema al-Quran Mekah turun. Dengan tujuan meluruskan dan memperbaiki nilai-nilai asasi yang berhubungan dengan persoalan akidah, keimanan dan amal soleh. Dalam al-Quran Mekah terdapat pula seruan kepada Sang Nabi untuk bersabar dalam menghadapi kaumnya sambil bertawakal kepada Allah, sekaligus mengambil pelajaran dari para nabi sebelumnya.
Kesimpulannya bahwa tema-tema al-Quran Mekah adalah tema-tema yang berhubungan dengan akidah berupa keimanan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan qadar. Wallahu A’lam.
Palu, 31 Maret 2010
Referensi : Dr. Muhammad Abdurrahman / al-Quran al-Makki Wal Quran al-Madani.

Tinggalkan komentar

Filed under Uncategorized

Tinggalkan komentar